Pada tugas kali ini saya akan menjelaskan sinopsis dari Film Gending Sriwijaya.
Gending Sriwijaya
merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang,
Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk
mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini
menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan
Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.
Tarian
ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah
tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet,
kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang
dianggap setara dengan itu.
Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional
yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari
masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya
di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah,
gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.
Nusantara di abad 16, tiga abad setelah keruntuhan Sriwijaya ,muncul
kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan.Kedatuan Bukit
Jerai, adalah kerajaan kecil yang dipimpin oleh Dapunta Hyang Jaya nasa
dengan permaisurinya Ratu Kalimanyang. Mereka memiliki dua putera, Awang
Kencana dan Purnama Kelana. Dapunta Hyang sudah memasuki usia tua dan
saatnya untuk menyerahkan kepemimpinannya kepada putera mahkotanya,
Awang Kencana. Namun diluar adat kebiasaan, Dapunta justru memilih
Purnama Kelana sebagai penggantinya.
Kerajaan ini memiliki permaisuri Ratu Kalimaya (Jajang C. Noer) dan putra sulung kerajaan Awang Kencana (Agus Kuncoro). Suasana kerajaan yang sedikit tegang berhasil mengendur ketika Purnama Kelana (Syahru Gunawan) putra bungsu kerajaan, baru saja kembali dari negeri China setelah menuntut ilmu pendidikan dan perdagangan. Meskipun tumbuh dalam masa kecil yang sama, kedua putra kerajaan ini memiliki dua watak yang berbeda. Awang Kencana yang selalu main fisik, gegabah, egois tapi berani dan total dalam bertindak, sementara Purnama Kelana lebih ke pangeran yang jago menyair dan selalu pake otak dalam memutuskan pilihannya. Perbedaan sifat inilah yang membuat Raja Dapunta melanggar tradisi kerajaan. Di masa tuanya, dia memilih si bungsu Purnama sebagai calon pemilik tahta kerajaan. Mengetahu fakta tersebut, Awang Kencana langsung....jeledug tersulut api emosi. Marah banget gan, kek habis diputusin tanpa alesan yang jelas gitu deh. Semuanya mendidih di kepala Awang Kencana. Menurut doski, Purnama tuh gak ada apa-apanya dibandingkan dirinya, apalagi gak bisa berantem. In short: gak cocok banget jadi raja. Kemarahan Awang Kencana makin bertambah ketika Dang Wangi (Hasfary Dinoto) seorang gadis pujaan Awang, lebih memilih Purnama sebagai calon suaminya. Maka rencana jahat pun disusun.
Kerajaan geger karena raja Dapunta meninggal dibunuh secara misterius. Satu-satunya petunjuk pelaku pembunuhan adalah kalung milik Purnama yang ditemukan di sebelah mayat. Otomatis the calm-well-educated Purnama, yang diduga sebagai pelaku pembunuhan segera dijatuhi hukuman mati (meskipun keadaan sebenarnya ia sedang difitnah). Oleh siapa? Jelas bukan gw atau Roy Suryo karena kita berdua cuma penonton. Tabib kerajaan yang mengetahui fithan ini segera menyusun rencana. Ia mengelabui kerajaan dengan membuat Purnama seolah-olah mati dan mengasingkannya. Sayang rencana itu ketahuan pasukan Awang Kencana. Purnama akhirnya diburu sampai ke pelosok hutan. Malang, karena gak bisa bela diri, kungfu atau sekedar menguasai jurus dasar kamehameha, Purnama tertembak busur panah. Meskipun demikian Purnama masih bisa bersembunyi dan meyakinkan pasukan Awang Kencana bahwa ia telah mati.
Guncangan yang dialami Kedatuan Bukit Jerai sebenarnya bukan hanya kematian raja Dapunta. Jauh sebelumnya kerajaan sempat dipusingkan oleh kelompok sparatis pimpinan Ki Goblek (Mathias Muchus). Kelompok Ki Goblek ini semacam Robin Hoodnya Kedatuan Bukit Jerai. Mereka terlatih dalam mencuri, bela diri bahkan membunuh setiap pejabat korup. Dalam melaksanakan sepak terjangnya, Ki Goblek ga Cuma sendirian. Doski selalu dibantu sama Srudija (Rifnu Wikana), Bayan Kabut (Goeteng), Taru Hitam (Qausar Yudana) dan putrinya, si Tomb Rider-Manthili fushion, Malini (Julia Perez). Kehadiran kelompok Ki Goblek ini menjadi acaman untuk kerajaan, terlebih setelah Ki Goblek berhasil membuat mata sebelah kanan Awang Kencana buta.
Purnama yang terluka karena busur panah secara ga sengaja ditemukan oleh Malini. Iapun dibawa ke tempat persembunyian Ki Goblek. Setelah seratus hari setelah kematian sang raja, Awang Kencana dinobatkan menjadi raja baru Kedatuan Bukit Jerai. Dalam masa pimpinannya kondisi kerajaan semakin mengalami kekayaan yang berlimpah. Namun sayang, kekayaan ini berasal dari hal yang ga halal. Awang lebih senang menggunakan fisik dalam memperkaya dirinya. Semua pihak yang melawan dalam membayar upeti, akan dibunuh dengan cara yang sadis (termasuk dimasukin ke dalam kotak kayu dan dibakar hidup-hidup). Bisa dibilang Kedatuan Bukit Jerai lagi mengalami jaman jahiliyahnya.
Kerajaan ini memiliki permaisuri Ratu Kalimaya (Jajang C. Noer) dan putra sulung kerajaan Awang Kencana (Agus Kuncoro). Suasana kerajaan yang sedikit tegang berhasil mengendur ketika Purnama Kelana (Syahru Gunawan) putra bungsu kerajaan, baru saja kembali dari negeri China setelah menuntut ilmu pendidikan dan perdagangan. Meskipun tumbuh dalam masa kecil yang sama, kedua putra kerajaan ini memiliki dua watak yang berbeda. Awang Kencana yang selalu main fisik, gegabah, egois tapi berani dan total dalam bertindak, sementara Purnama Kelana lebih ke pangeran yang jago menyair dan selalu pake otak dalam memutuskan pilihannya. Perbedaan sifat inilah yang membuat Raja Dapunta melanggar tradisi kerajaan. Di masa tuanya, dia memilih si bungsu Purnama sebagai calon pemilik tahta kerajaan. Mengetahu fakta tersebut, Awang Kencana langsung....jeledug tersulut api emosi. Marah banget gan, kek habis diputusin tanpa alesan yang jelas gitu deh. Semuanya mendidih di kepala Awang Kencana. Menurut doski, Purnama tuh gak ada apa-apanya dibandingkan dirinya, apalagi gak bisa berantem. In short: gak cocok banget jadi raja. Kemarahan Awang Kencana makin bertambah ketika Dang Wangi (Hasfary Dinoto) seorang gadis pujaan Awang, lebih memilih Purnama sebagai calon suaminya. Maka rencana jahat pun disusun.
Kerajaan geger karena raja Dapunta meninggal dibunuh secara misterius. Satu-satunya petunjuk pelaku pembunuhan adalah kalung milik Purnama yang ditemukan di sebelah mayat. Otomatis the calm-well-educated Purnama, yang diduga sebagai pelaku pembunuhan segera dijatuhi hukuman mati (meskipun keadaan sebenarnya ia sedang difitnah). Oleh siapa? Jelas bukan gw atau Roy Suryo karena kita berdua cuma penonton. Tabib kerajaan yang mengetahui fithan ini segera menyusun rencana. Ia mengelabui kerajaan dengan membuat Purnama seolah-olah mati dan mengasingkannya. Sayang rencana itu ketahuan pasukan Awang Kencana. Purnama akhirnya diburu sampai ke pelosok hutan. Malang, karena gak bisa bela diri, kungfu atau sekedar menguasai jurus dasar kamehameha, Purnama tertembak busur panah. Meskipun demikian Purnama masih bisa bersembunyi dan meyakinkan pasukan Awang Kencana bahwa ia telah mati.
Guncangan yang dialami Kedatuan Bukit Jerai sebenarnya bukan hanya kematian raja Dapunta. Jauh sebelumnya kerajaan sempat dipusingkan oleh kelompok sparatis pimpinan Ki Goblek (Mathias Muchus). Kelompok Ki Goblek ini semacam Robin Hoodnya Kedatuan Bukit Jerai. Mereka terlatih dalam mencuri, bela diri bahkan membunuh setiap pejabat korup. Dalam melaksanakan sepak terjangnya, Ki Goblek ga Cuma sendirian. Doski selalu dibantu sama Srudija (Rifnu Wikana), Bayan Kabut (Goeteng), Taru Hitam (Qausar Yudana) dan putrinya, si Tomb Rider-Manthili fushion, Malini (Julia Perez). Kehadiran kelompok Ki Goblek ini menjadi acaman untuk kerajaan, terlebih setelah Ki Goblek berhasil membuat mata sebelah kanan Awang Kencana buta.
Purnama yang terluka karena busur panah secara ga sengaja ditemukan oleh Malini. Iapun dibawa ke tempat persembunyian Ki Goblek. Setelah seratus hari setelah kematian sang raja, Awang Kencana dinobatkan menjadi raja baru Kedatuan Bukit Jerai. Dalam masa pimpinannya kondisi kerajaan semakin mengalami kekayaan yang berlimpah. Namun sayang, kekayaan ini berasal dari hal yang ga halal. Awang lebih senang menggunakan fisik dalam memperkaya dirinya. Semua pihak yang melawan dalam membayar upeti, akan dibunuh dengan cara yang sadis (termasuk dimasukin ke dalam kotak kayu dan dibakar hidup-hidup). Bisa dibilang Kedatuan Bukit Jerai lagi mengalami jaman jahiliyahnya.
0 komentar:
Posting Komentar